Banyumas Pesantren-Merevisi Puasa Beduk
Sebentar lagi umat Islam akan memasuki bulan suci Ramadan. Di mana umat muslim wajib menjalankan ibadah puasa sebulan penuh. Sementara, bagi anak-anak yang belum cukup umur belum wajib berpuasa, sehingga mereka boleh berpuasa setengah hari. Di kalangan anak-anak usia SD biasanya dikenal istilah puasa beduk, yakni berpuasa dari waktu imsak hingga siang hari.
Ini sebetulnya cara orang tua tempo dulu dalam mengajari anak untuk latihan berpuasa. Namun, dalam konteks kekinian ada hal-hal yang terabaikan.
Praktik puasa beduk sebenarnya bukan berarti anak-anak dibiarkan begitu saja makan-minum selepas waktu Zuhur.
Mestinya waktu Zuhur dimaknai sebagai terminal transit, bukan terminal akhir. Dalam arti, pelaku puasa beduk diperbolehkan makan-minum secukupnya dan kemudian melanjutkan puasanya (kembali) hingga Magrib tiba.
Sekali lagi, setelah berbuka di waktu beduk, pelaku puasa beduk tak lantas bebas makan-minum lantaran sudah berbuka.
Perlu diingat, orang yang tak berpuasa diperitahkan menghormati yang sedang berpuasa. Tindakan paling kasat mata adalah tidak makan-minum secara terbuka, sehingga potensial mengganggu kekhusyukan orang yang berpuasa.
Sosialisai model puasa beduk yang baik dan benar akan sangat efektif jika dilakukan lewat lembaga pendidikan formal, terutama di tingkat SD yang sebagian siswanya adalah pelaku puasa jenis ini. Sosialisasi perlu dilakukan oleh guru Agama bersama seluruh guru (kelas). (75)
—Akhmad Saefudin SS ME, guru Madrasah Diniyyah Ath-Thohiriyyah Purwokerto
Sumber: http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/08/09/119785/Merevisi-Puasa-Beduk