Penyebaran Bid’ah di Bumi Nusantara

Sejarah islam nusantara Ath-ThohiriyyahPada mulanya umat muslim di tanah nusantara memiliki pendapat dan mazdhab yang sama, dalam praktek Fiqh mengikuti madzhab Imam muhammad ibn idris (syafi’iyyah), dalam Ushul Ad-Diin mengikuti madzhab Abi Al-Hasan Al-Asy’ari, dan dalam tasawwuf mengikuti madzhab Imam Al-Ghazali dan Imam Abi Hasan Asy-Syaadzili.

Namun, pada tahun 1330 H, masuklah macam-macam golongan pembaharu yang saling berbeda pendapat. Diantaranya ada 6 golongan:

1. Golongan Salaf yang menjaga ajaran terdahulu, yaitu mereka yang berpegang kepada kitab-kitab mu’tabar. Mencintai keturunan Rasul, para Wali Allah dan orang-orang Sholeh, Mereka mengambil barokah (kebaikan) dari golongan tersebut baik yang sudah meninggal ataupun yang masih hidup. Melakukan ziarah kubur, menalqin mayit, bersedekah untuk mayit, meyakini adanya Syafa’at (pertolongan), meyakini manfaat doa dan tawassul (perantara orang-orang Sholeh) dan lain-lain.

2. Kelompok pengikut pendapat Muhammad ‘Abduh, Rasyid Ridha, Muhammad bin Abdul Wahab An-Najdy, Ahmad Bin Taymiyah dan muridnya yaitu Ibnu Al-Qayyim dan Ibnu Abdul Hadi. Mereka mengharamkan amalan yang telah disepakati kesunnahannya oleh umat muslim, yaitu mengharamkan bepergian untuk mengunjungi makam Rasulullah SAW, kemudian munculah perbedaan pendapat diantara kaum muslimin.

3. Golongan Rofidiyyun (Syiah Rofidzoh) yaitu kelompok yang membenci Sahabat Abu Bakar dan Umar R.A. bahkan membenci Sahabat Nabi yang lain, golongan ini mengistimewakan Sahabat Ali dan kelturunannya Ridwanullah ‘Alaihim) secara berlebihan.

4. Golongan yang menyepelekan Syariat. Mereka berkata “ketika seorang hamba sudah sampai pada puncak mahabbah dan kesucian hati dari lupa akan Allah dan memilih Iman daripada kekafiran, maka tidak berlaku lagi perintah dan larangan, dan Allah tidak akan memasukkan mereka kedalam Neraka disebabkan karena melakukan dosa besar”. Sebagian dari mereka berkata : “sesungguhnya telah gugur kewajiban untuk melaksanakan ibadah dzohir, dan ibadahnya adalah tafakkur (berpikir) dan memperindah Akhlaq batiniyyah“.

5. Golongan yang mengatakan bahwa arwah akan berpindah (reinkarnasi) untuk selamanya di dalam wujud yang lain. Mereka mengira bahwa nikmat dan siksa bagi arwah akan di rasakan di dalam tubuhnya yang baru sesuai dengan amal baik dan buruk di kehidupan sebelumnya.

6. Golongan yang berkata adanya hulul dan ittihad (persatuan Allah dan makhluq), mereka adalah para sufi yang bodoh, mereka berkata : “Allah memiliki wujud mutlak, dan selain Allah tidak memiliki Wujud sama sekali, dan ketika mereka berkata bahwa manusia itu wujud (nyata), maka itu adalah wujud yang disandarkan kepada Allah SWT.

Terjemah Bebas dari Kitab Risalah Ahlu Sunnah Wal Jamaah karya Syaikh Hasyim Asy’ari.

(K.A)

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *