Seorang santri mendatangi Kiyainya dan bertanya,
“Guru…! sekarang ini lagi ramai orang-orang membahas bendera yang bertuliskan Kalimat Tauhid di bakar,
*bagaimana menurut pendapat Guru….?*”
Guru tersebut tersenyum lalu berkata, “
Sekarang ini dunia terbalik, tontonan menjadi tuntunan, tuntunan menjadi tontonan. Banyak orang membawa Bendera Kalimat Tauhid, tapi jiwanya masih belum bertauhid, melainkan masih menyembah hawa nafsu. Yang dipegang Bendera bertulisan Kalimat Bertauhid, tetapi prilakunya jauh dari orang bertauhid. Maka jangan heran tauhidnya masih dalam bentuk tulisan di arak kesana- kemari hanya untuk tontonan.”
“ Lalu yang benar Kalimat Tauhid itu untuk apa Guru…?” tanya murid tersebut.
“ Bakarlah dirimu dengan Kalimat Tauhid.” Jawab Sang Guru.
Kemudian santri tersebut kebingungan dan bertanya kembali,
“ Maksudnya Bagaimana Guru….?”
Guru tersebut menjawab, “ Anakku Kalimat Tauhid itu bukan hanya sekedar di tulis di kertas atau di bendera, tapi juga ditulis dalam diri kita dan ditancapkan ke dalam hati kita, sehingga bisa membersihkan dosa-dosa jasmani, menghilangkan sifat-sifat hewani di dalam diri. Hawa nafsu kita bakar dan kita kalahkan dengan kalimat tauhid, sehingga hati kita menjadi bercahaya, maka kita akan dibukakan dan disingkapkan dimensi ruhani dan mencapai pencerahan ruhani.”
“ Bagaimana caranya membakar diri kita dengan Kalimat Tauhid, mohon ajarilah saya guru…?” Tanya murid sambil penasaran.
Lalu Guru tersebut menjelaskan, “ Anakku dzikir kalimat Tauhid itu ada tahapan dan tehnik tertentu yang harus dilakukan:
Yang Pertama Dzikir Thawaf, yaitu dzikir dengan memutar kepala, mulai dari bahu kiri menuju bahu kanan, dengan mengucapkan Laa Ilaha sambil menahan nafas. Setelah sampai di bahu kanan, nafas ditarik lalu mengucapkan illallah yang dihujamkan ke dalam hati sanubari, untuk menghancurkan berhala dalam diri yaitu hawa nafsu.
Yang Kedua
Dzikir Nafi Itsbat, yaitu dzikir dengan Laa Ilaha Illallah, dengan lebih mengeraskan suara nafi-nya, Laa Ilaha, ketimbang itsbat-nya illallah, ke dalam hati sanubari. Agar semua berhala-berhala yang selama ini berwujud, uang, harta, wanita, jabatan dll. dibakar dan dihancurkan.
Yang Ketiga
Dzikir Itsbat Faqad, yaitu berdzikir dengan Illallah, Illallah, Illallah, yang dihujamkan ke dalam hati sanubari.setelah kita berhasil membakar semua berhala di dalam diri, maka berikutnya kita mengisi dan menghujamkan di dalam hati kita bahwa Allah adalah sebagai Tuhan.
Yang Keempat, Dzikir Ismu Dzat, dzikir dengan Allah, Allah, Allah, yang dihujamkan ke tengah-tengah dada, tempat bersemayamnya Ruh yang menandai adanya hidup dan kehidupan manusia.
Dengan dzikir Allah yang diulang-ulang dalam jumlah tertentu dan waktu selama tertentu, agar diri kita lenyap dan masuk menuju ke kesadaran ruhani yang lebih dalam, sehingga mencapai fana’ fillah.
Yang Kelima, Dzikir Taraqqi, yaitu dzikir Allah-Hu, ketika nafas masuk lewat hidung hati mengucapkan dzikir Allah diambil dari dalam dada dan dan ketika nafas keluar dari hidung hati mengucapkan dzikir Hu dimasukkan ke dalam Baitul Makmur (Kepala/otak). Dzikir ini dimaksudkan agar pikiran selalu tersinari oleh Cahaya Illahi.
Yang Keenam, Dzikir Tanazul, yaitu dzikir Hu-Allah, ketika nafas masuk lewat hidung hati mengucapkan Dzikir Hu diambil dari Baitul Makmur (kepala), dan ketika nafas masuk lewat hidung hati mengucapkan lafadz Allah dimasukkan ke dalam dada. Dzikir ini dimaksudkan agar seorang salik senantiasa memiliki kesadaran yang tinggi sebagai insan Cahaya Illahi.
Yang Ketujuh, Dzikir Isim Ghaib, yaitu dzikir Hu, Hu, Hu dengan mata dipejamkan dan mulut dikatupkan kemudian diarahkan tepat ke tengah-tengah dada menuju ke arah ke dalam rasa, dengan begitu, maka setiap nafas adalah dzikir, sehingga dalam setiap hal kita selalu ingat kepada Allah Swt.
Ketujuh macam dzikir di atas didasarkan kepada firman Allah SWT. di dalam Surat al-Mukminun ayat 17:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعَ طَرَائِقَ وَمَا كُنَّا عَنِ الْخَلْقِ غَافِلِينَ
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit); dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami).” [Qs. Al-Mukinun:17]
Setelah diberi penjelasan lalu santri tersebut berkata, “ Terima kasih Guru, atas penjelasannya, insya Allah akan saya amalkan.”.
Kemudian Guru tersebut berkata, ” Jika kamu sudah khatam dengan tujuh dzikir di atas, maka kamu akan mencapai fana’ fillah, dirimu lebur yang ada hanyalah Allah. Itulah hakekat Tauhid. Tubuhmu akan memancarkan cahaya tauhid, jiwamu tenggelam kepada Cinta kepada Allah.
Dengan demikian, kamu menjadi seorang mukmin yang tidak mudah kena tipu, mudah marah, mudah terbakar. karena kamu diberi kemampuan melihat hakekat sesuatu.
Jika terjadi sesuatu peristiwa duduklah yang rileks dan hening, maka kamu akan melihat dan mengetahui hekekat sesuatu itu yang terjadi
Sumber: PW LBM Jateng