Hidayah, dicari atau datang sendiri ?
Di dalam artikel sebelumnya, kita telah membahas tentang bagaimana menjadi santri atau murid dengan niat dan tujuan yang benar, yaitu untuk mendapatkan hidayah dari Allah SWT, lalu apakah sebenarnya hidayah itu ?
Imam Al-Ghazali menjelaskan :
أن الهداية التي هي ثمرة العلم لها بداية ونهاية، وظاهر وباطن، ولا وصول إلى نهايتها إلا بعد
إحكام بدايتها، ولا عثور على باطنها إلا بعد الوقوف على ظاهرها.
“Hidayah adalah buah dari ilmu, hidayah memiliki permulaan (syariat dan thariqat) dan ahiran (hakikat), dzahir dan batin. Tidak akan sampai kepada ahir hidayah kecuali setelah mengokohkan perihal lahirnya”
Agak membingungkan memang, tapi pada intinya, untuk memperoleh hidayah ada beberapa hal yang harus dilakukan, mulai dari ibadah dzahir (yang terlihat) ada pula yang bathin (tidak terlihat).
Rasulullah SAW bersabda :
من ازداد علما ولم يزدد هدى، لم يزدد من الله إلا بعدا
“Barang siapa yang bertambah ilmu tetapi tidak bertembah hidayah, ia hanya bertambah jauh dari Allah”
Naudzubillah min dzalik, semoga kita termasuk orang yang selalu diberikan hidayah.
Hidayah tidak cukup hanya ditunggu, tetapi harus dimulai dari melaksanakan ibadah lahiriyyah, seperti melaksanakan perintah dan menjauhi larangan diiringi dengan berdoa meminta hidayah.
Yuk kita jemput hidayah
(K.A)