Jika kamu adalah manusia, maka sudah kuremukan tulang belulangmu, kupatahkan batang lehermu, dan kuminum habis darahmu. Cukup sudah engkau mengerogoti semangatku, cukup sudah engkau mengikis habis rasa optimisku, cukup sudah engkau menghilangkan setiap kesempatan dalam hidupku, dan cukup sudah engkau menghancurkan masa depanku.Simpan setiap rayuan manismu, simpan setiap bualan manjamu, simpan semua janji-janji semu itu. Biarkan aku menghadapi hidup ini tanpamu…Dulu engkau begitu setia terhadap diriku, tiada satu detik pun terlewatkan tanpa bersamamu. Engkau telah menemaniku memberangus semua mimpiku, bersamamu aku telah lancang mendurhakai kedua orang tuaku, semua guru-guruku, dan teman-temanku. Engkau telalu setia bagi diriku..Dikala sedih menderaku, engkaulah tempat pelabuhan hatiku. Disaat gelisah menderaku engkaulah tempat pelipur laraku. Dirimu seakan-akan segelas anggur nan manis di saat aku terpanggang oleh teriknya sang surya. Disaat aku dihujat, engkaulah pembela utamaku, disaat aku dikucilkan orang, engkaulah pendamping setiaku…Dalam setiap pengembaraanku, engkau tak pernah lekang untuk terus membiusku dengan manisnya janji. Sehingga langkahku semakin jauh menuju kelezatan duniawi. Dan ketika orang-orang mulai berkata, “kamu sudah gila!!”. Engkau lah sahabat pertama yang mengatakan “merekalah yang gila”. Engkau terus menemani ku merajut siang hari dengan hingar bingar kenikmatan dan kebebasan, engkau terus menemaniku mengarungi malam hari menghadirkan sejuta panorama kebahagiaan.Dulu, engkaulah segalanya bagiku…Namun kini, semua berbeda…kehadiranmu mulai aku benci. Setiap rayuan manismu mulai membuat resah, meninggalkan rasa bersalah yang tiada terkira. Setiap gurauan candamu mulai terasa menyesakan dadaku. Engkau sudah tidak seindah dulu…Setiap apa yang aku jalani bersamamu terasa sangat hampa tiada bermakna. Setiap pesona yang kau punyai dulu mampu membuatku tertawa gembira, kini kurasakan tidak berarti apa-apa…ada apa denganmu…Hari-hari yang dulu indah jika bersamamu, mendadak menjadi suram dan gelap gulita. Malam menjadi semakin pekat, sunyi, aku semakin merasa sepi. Walaupun kau ada disisiku…Maafkan aku…Aku harus meninggalkanmu, meninggalkan setiap asa yang telah kau tanamkan padaku dulu. Aku harus berpaling darimu, karena apa yang kau berikan sudah tidak membuatku merasa bahagia. Kebahagiaan yang dulu kau janjikan lenyaplah sudah, semuanya hanya mimpi semu. Kenikmatan dan keceriaan dari dirimu tidak mampu mengobati rasa gundah dihatiku…Aku harus meninggalkanmu, biarkan aku pergi mencari kebahagiaan dengan caraku. Karena kini aku sudah tahu siapa dirimu…Aku harus meninggalkanmu, aku tidak pernah takut kehilangan teman seperti dirimu. Walaupun engkau berbalik arah memusuhiku, membawakan maut ditanganmu. Aku tidak akan mengikutimu lagi.Aku harus meninggalkanmu, jangan berpura-pura sedih dengan kepergianku. Karena aku tahu ada tawa yang keras dalam setiap keikutsertaanku dalam aktivitasmu. Dan aku tidak ingin menjadi penghuni neraka sepertimu..syaithan la’natullah@ Arief’09
Similar Posts
Pemahaman dan Penafsiran al-Qur’an Terus Berkembang
Banyumas Pesantren-Pemahaman dan Penafsiran al-Qur’an Terus Berkembang. “Tantangan terbesar umat Islam sekarang ini adalah bagaimana mengamalkan nilai-nilai al-Qur’an di tengah-tengah…
Melakukan amal baik, Ihlas atau karena hawa nafsu ?
Melakukan amal baik, Ihlas atau karena hawa nafsu ? Biasakan baca sampai selesai kaka, supaya tidak gagal paham. Seringkali Syaitan…
Tafsir Saintifik Isyarat-isyarat Ilmiah dalam Al-Qur’an
Seputar Sejarah dan Konsep Tafsir Ilmi– Sejatinya, tujuan utama setiap usaha menafsirkan Al-Qur’an, sejak dahulu hingga kini, adalah menjelaskan kehendak…
Transfer uang untuk zakat fitrah, bolehkah ?
Bolehkah zakat fitrah online? ada sebuah pertanyaan, apakah boleh zakat fitrah ditunaikan dengan cara mentransfer uang kepada platform digital penerima…
Dawuh Abuya Thoha tentang polemik peringatan tahun baru masehi.
Sebelum membahas judul utama, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu Tahun Baru Masehi. Dikutip dari NU Online, Menurut…
Niat mondok yang baik menurut Al-Ghazali: kajian Bidayah Al Hidayah
Buat apa mondok ? Jawaban dari pertanyaan tersebut sangatlah bergantung pada tujuan setiap santri yang menetap di pesantren. Ada yang…