Ampunan Allah. Risalah ditulis untuk saudaraku di manapun berada yang sedang merasa jauh dari Rahmat Allah, dan merasa pintu taubat telah tertutup baginya. Wahai saudaraku, jika kita mau jujur dengan mengakui kepada diri sendiri tentang semua perbuatan dosa yang telah kita lakukan. Niscaya kita akan merasa sangat malu, ketika melihat angka dosa-dosa kita yang telah dikalkulasikan berbanding dengan amal baik kita.
Betapa malunya kita, karena ternyata grafik dosa kita jauh melebihi grafik amal kebaikan kita. Betapa kita harus malu, karena ternyata amal baik kita belum mampu membayar lunas seluruh perbutan dosa kita. Jikalau dosa itu berbentuk materi niscaya kita akan terjepit oleh tingginya dosa-dosa kita. Astaghfirulah al’adziem…
Setiap perbuatan maksiyat yang setiap hari, setiap jam, setiap detik bahkan setiap hela nafas kita lakukan akan semakin menambah pundi-pundi dosa kita. Kita sering tidak sadar telah berbuat dosa. Apapun bentuknya, kita sering merasa bahwa itu adalah perbuatan yang wajar dan lumrah adanya. Namun sesungguhnya hal itu adalah perbutan dosa. Kelalaian kita terhadap perilaku kita sendiri telah digambarkan dalam al Qur’an surat al A’raf ayat: 22 yang artinya: “Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”
Ayat diatas menjelaskan tentang kelalaian Nabi Adam dan Siti Hawa yang telah memakan buah khuldi, buah yang telah dilarang untuk dimakan oleh mereka. Namun karena kelalaian mereka dan tipu daya syaitan yang kuat sehingga mereka terpedaya oleh bujuk rayu syaitan dan memakan buah tersebut sehingga membuat Allah SWT murka dan menurunkan mereka dari surga. Dari kisah ayat diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa pada dasarnya manusia mempunyai akal dan hati nurani yang berfungsi sebagai pengambil kebijakan untuk memvonis baik tidaknya perbuatan yang kita lakukan.
Namun sering kita terjebak dan terpedaya dengan perangkap syaitan karena sungguh strategi syaitan dalam menjerumuskan umat manusia sangatlah cerdik. Kita sering merasa tidak melakukan dosa, padahal sesungguhnya kita telah berbuat dosa. contoh kongkrit dalam kehidupan sehari, saat kita bertemu dengan seorang sahabat,di awal pembicaraan kita hanya menanyakan seputar kabar masing-masing. Setelah itu tentunya akan menanyakan khabar dari sahabat yang lain. Ketika membicarakan sahabat yang lain inilah kita sering terjebak pada pembicaraan yang tidak baik yaitu ghibah dan kita sering tidak sadar.
Saudaraku, itu baru dari hal-hal yang kecil belum lagi merambah kepada persoalan dosa kita karena berdusta, berzina, minum khamr, mencuri, merampok membunuh dsb. Sungguh kita manusia yang penuh dengan dosa saudaraku. Belum lagi dosa-dosa kita karena telah berbuat aniaya terhadap guru-guru di sekolah, madrasah, di tempat pelatihan. Dosa kita terhadap orang tua kita, sudah berapa juta kalimat yang telah kita ucapkan kepada mereka sehingga mereka merasa kecaewa dan sakit hati, Astaghfirullah…
Padahal telah jelas ancaman Allah untuk manusia yang telah berbuat dosa, sebagaimana firmanNya: ”Maka Alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku”. Dan juga “Maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku”
Kedua ayat secara jelas menggambarkan betapa Allah SWT sangat tidak menghendaki hamba-hamba Nya berbuat dosa. Ancaman tersebut bukanlah merupakan gambaran dari Allah sebagai sosok Tuhan yang kejam, tidak penyayang. Namun sesungguhnya Allah SWT sangat menyayangi setiap mahluk-Nya terutama hamba-Nya yang beriman. Tentunya kita sebagai mahluk yang diberi kelebihan akal dan hati nurani akan mampu menangkap pesan-pesan moral dari kedua ayat diatas.
Selain kedua ayat diatas, masih banyak ayat dan hadist nabi yang berkaitan dengan larangan berbuat dosa. Lalu bagaimana jika kita telah terlanjur berbuat dosa? Apakah masih ada kesempatan kita untuk memperbaikinya? Ataukah dosa kita tidak termaafkan? Apakah seumur hidup kita harus menanggung perasaan bersalah? Dan dicap sebagai pendosa?
Saudaraku, jika dirimu terlanjur telah melakukan perbuatan dosa, apapun bentuknya apakah menyakiti orang tua, saudara, teman, guru. Ataukah dirimu telah melakukan perbuatan zina, mencuri, merampok, membunuh, dsb. Sungguh, janganlah merasa dunia telah hancur, kesempatan sudah tertutup, dan kehidupan telah berakhir.
Wahai saudaraku, janganlah merasa patah hati, apalagi sampai berniat bunuh diri. Berbahagialah saudaraku, pintu taubat masih terbuka lebar, kesempatan memperbaiki diri masih terbentang luas, hari esok masih ada dan kehidupan harus tetap dijalani. Allah berfirman dalam QS Al-A’raf ayat 153: “Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; Sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Lalu apa yang harus dilakukan ketika kita telah terlanjur berbuat dosa? Dibawah ini ada beberapa langkah praktis agar kita senantiasa termasuk kedalam golongan hamba yang senantiasa bertaubat.
Wahai saudaraku, hal pertama yang harus dilakukan adalah bertaubat dengan segera. Sebagaimana firman Allah SWT: ”Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?”
dan hadits nabi:
إن الله يبسط يده بالليل ليتوب مسيء النهار ويبسط يده بالنهار ليتوب مسيء الليل حتى تطلع
الشمس من مغربها
Muslim meriwayatkan dari Musa Al-Asyari, ra, dari Nabi SAW beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah membuka tangan-Nya dimalam hari utnuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di siang hari danmembuka tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di malan hari. Hal sepertiini berlangsung hingga matahari terbit dari barat.”(HR Muslim).
Dengan menyegarakan bertaubat dan meminta ampunan kepada Allah SWT atas perbutan dosa yang telah dilakukan. Maka hati akan merasa tenang, dan damai. Seperti halnya ketika kita telah berbuat dzalim kepada saudara kita, tentunya sebelum kita meminta maaf, hati kita akan senantiasa merasa gundah dan gelisah. Terlebih kepada Allah, sang pencipta. Ketika hati telah berserah diri, dan lisan telah mengakui segala kekhilafan diri. Maka jiwa kita akan larut dalam kesyahduan dalam beribadah. Sinar illahiyah akan menyinari hati kita yang diliputi kegelapan, dan menggantinya dengan kecerahan.
Termasuk dalam bab ini adalah untuk terus menerus berdoa memohon pertolongan dan ampunan dari Allah SWT dengan cara memperbanyak sholat tahajud, dhuha, sunat rawatib, berpuasa sunnah, dan berdzikir. Beberapa hal itu menjadi perkara yang sangat dianjurkan sebagai penopang langkah pertaubatan kita.
Yang kedua, segera meminta maaf kepada orang-orang disekitar kita, terutama kepada orang tua, sanak family, tetangga, teman, para guru. Jangan ikuti budaya di masyarakat kita yang hanya meminta maaf ketika hari raya idul fitri saja. Padahal kita tidak pernah mengetahui apakah usia kita akan sampai pada idul fitri berikutnya. Meminta maaf dengan segera sangatlah penting untuk menyempurnakan pertaubatan kita. Terlebih kepada orang yang telah jelas menjadi korban kedzoliman kita. Hilangkan perasaan dendam, benci, dan gengsi untuk memohon maaf pada orang yang telah kita dzalimi. Dan sekali lagi, jangan menunda permintaan maaf ini saudaraku, bersegeralah. Termasuk dalam hal ini adalah menepati janji-janji yang telah terlupakan kepada siapa saja. Namun janji disini adalah janji yang masih dalam koridor Islam dan tidak melanggar syariat. Begitu juga dengan janji yang ada kaitanya dengan permasalahan hutang piutang.
Allah SWT berfirman dalam surat At-taubat yang Artinya:”Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang”. dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.
Yang ketiga, pererat tali silaturahmi dengan berkunjung kerumah saudara, teman. Dan dianjurkan mendahulukan kunjungan kepada orang-orang sholeh seperti kyai, ustadz, dosen, guru, dan tokoh masyarakat. Dengan kita berkunjung akan mendapat beberapa keuntungan, yang pertama, membuka pintu rezeki, kedua, mempererat tali persaudaraan, ketiga, bertambahnya ilmu dan pengetahuan karena mereka adalah orang-prang yang lebih berpengalaman dan sholeh dan yang keempat, dengan berbagi cerita dan mendengarkan petuah dari orang-orang yang kita kunjungi. Jiwa kita akan merasa tentram dan rasa optimisme menjalani hidup akan bertambah.
Rasulullah bersabda :من بسط له في الرزق بصلة الرحم
Rasulullah bersabda:”Barangsiapa ingin diluaskan rizkinya, hendaknya bersilaturahmi”HR Bukhari
Langkah yang keempat, menjaga pergaulan. Sudah merupakan hal yang umum jika faktor lingkungan dan pergaulan akan sangat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Dan untuk mensiasati agar kita tidak lagi terjerumus kedalam lubang yang sama untuk kedua kalinya. Maka cara yang paling efektif adalah kita tidak bergaul dengan orang-orang yang berakhlak tidak baik. Banyak persoalan remaja yang sebenarnya bermula dari hanya sekedar rasa persahabatan yang salah. Mereka ikut-ikutan perilaku temannya yang salah dan ketika mereka ingin berhenti, merka bingung bagaimana caranya. Sulitnya lepas dari pergaulan teman-temannya menjadi penyebab utama penghalang pertaubatannya. sehingga remaja tadi tidak kunjung bertaubat. Maka dari itu, membatasi pergaulan dalam hal ini sangat;lah penting.
Langkah yang kelima, yaitu, sibukan diri dengan hal-hal yang bermanfaat. menyibukan diri melakukan pekerjaan atau kegiatan yang bermanfaat maka hati akan cenderung terus berpikiran positif. Hal ini sesuai dengan anjuran Raululah SAW: Dari Abu Hurairah ra, di berkata Rasulullah SAW bersabda: “merupakan tanda baiknya Islam seorang, dia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna untuknya.(HR Turmudzi)
Seorang yang mempunyai keinginan kuat untuk bertaubat harus memperbanyak hal-hal yang positif. Seperti olahraga, membaca buku, diskusi, menghadiri majlis taklim, bekerja dsb. Sebisa mungkin hindari keadaan berdiam diri, sehingga pikiran tidak melantur tak tentu arah sehingga godaan untuk kembali melakukan perbuatan dosa akan muncul kembali.Beberapa langkah diatas jika dijalankan dengan penuh keyakinan dan kekhusyuan isinya Allah akan berbuah pahala dan akan mengangkat kita menjadi derajat yang lebih luhur, yaitu derajat orang-orang yang bertaqwa. Dan yang lebih penting adalah diterimanya taubat kita sehingga jiwa kita menjadi bersih dan kita senantiasa berada dalam naungan kasih sayang Allah SWT.
Wahai saudaraku, risalah ini memang sangatlah ringkas, dan penulis sangat merasa jikalau risalah ini masih sangat penuh dengan kekurangan. Namun penulis berharap, kita tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah, biarpun dosa yang telah kita lakukan begitu banyak. Dan kita harus tetap semangat menjalani hari dan memperbanyak amal kebajkan sehngga dosa-dosa kita yang lalu akan terampuni.
Sebagaimana dalam anjuran Rasulullah SAW:عن أنس رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم
يقول – قال الله تعالى : يا بن ادم إنك ما دعوتني ورجوتني غفرت لك على ما كان ولا أبالي , يا بن ادم لو بلغت ذنوبك عنان السماء ثم استغفرتني غفرت لك , يا بن ادم إنك لو أتيتني بقراب الأرض خطايا ثم لقيتني لا تشرك بي شيئاً لأتيتك بقرابها مغفرة – رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح
Dari Anas radhiallahu ‘anhu, ia berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: Allah ta’ala telah berfirman: “Wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap kepada-Ku, maka Aku akan mengampuni dosamu dan Aku tidak pedulikan lagi. Wahai anak Adam, walaupun dosamu sampai setinggi langit, bila engkau mohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku memberi ampun kepadamu. Wahai anak Adam, jika engkau menemui Aku dengan membawa dosa sebanyak isi bumi, tetapi engkau tiada menyekutukan sesuatu dengan Aku, niscaya Aku datang kepadamu dengan (memberi) ampunan sepenuh bumi pula”. (HR. Tirmidzi, Hadits hasan shahih)
Akhir kata semoga risalah sederhana in bermanfaat.Semoga kita termasuk hamba-Nya yang senantiasa bertaubat. Amiin…
Ath-Thohiriyyah, 24 Mei 2009. Penulis: Mohammad Arief Rahman Wahid