“Orang dermawan itu dekat dengan Allah SWT, dekat dengan manusia, dekat kepada surga dan dijauhkan dari neraka. Sedang orang kikir itu jauh dari Allah SWT, jauh dari sesama manusia, dan dijauhkan dari surga serta dekat dengan neraka. Orang bodoh yang dermawan lebih disukai Allah daripada orang ahli ibadah tapi kikir. (HR. Aisyah. RA).
Suatu ketika, Hasan, Husein, dan Abdullah bin Ja’far Ath-Thaiyyar bersama-sama pergi haji. Karena satu dan lain hal, habislah bekal perjalanan mereka. Mereka pun kelaparan, serta kehausan.
Syahdan, sampailah mereka pada suatu kemah yang dihuni seorang nenek beserta seekor kambing. Dengan segala hormat, kambing itu pun mereka mohon. Dan diberikan. Bahkan si nenek sendiri memerahkan susu kambing itu untuk mereka bertiga, dan akhirnya disembelihlah kambing miliknya untuk santap mereka juga.
Merekapun melanjutkan perjalanan, dan berpisah dengan si nenek yang berjasa tersebut. Setelah di Madinah, si Hasan melihat nenek tersebut. Dan jelas memang dia itu. Kemudian ia pun berkenan membalas budi dengan memberikan 1000 ekor kambing dan uang 1000 dinar, lalu dipersilahkan menemui si Husein. Di sini, si nenek memperoleh hadiah yang sama juga, lalu dipersilahkan menemui Ibnu Ja’far Ath-Thaiyyar. Ternyata Ibnu Ja’far juga memberinya hadiah sebesar 2000 ekor kambing ditambah uang 2000 dinar, dan katanya, “Kalau saja nenek datang pertama kali kepadaku, niscaya aku bikin Hasan, dan Husen yang lelah (harus datang kemari bukan nenek yang datang kesana-kemari). Si nenek pun pulang dengan gontai bersama 4000 ekor kambing dan uang 4000 dinar”.
Dari kisah diatas, terdapat makna spiritualitas yang tinggi yang patut kita teladani. Di tengah-tengah kehidupan kita sekarang yang serba sulit, rasa-rasanya kita semua masih sulit mempraktekkan sedekah seperti kisah diatas. Di tengah himpitan kekurangan seringkali kita berat untuk mendermakan harta kekayaan kita. Dan itu wajar saja. Akan tetapi kalau diri kita mampu melakukan sedekah dengan tulus untuk kepentingan ibadah, sosial, pendidikan, dll, niscaya kita semua termasuk orang-orang pilihan.
Berbeda halnya kalau kita semua lagi berada, niscaya sedekah seperti diatas sangat-sangat lah mampu. Akan tetapi faktanya seringkali berkata lain. Seringkali kita lupa mensyukuri nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada kita.
Fenomena yang muncul sekarang ini adalah program BLT dan suplai kompor gas. Hal ini merupakan contoh dari sekian contoh yang seringkali menjadi pemicu kecemburuan sosial. Dengan dalih sebagai warga negara, berhak untuk mendapatkan pelayanan dari pemerintah, akan tetapi ada satu hal yang dilupakan bahwa kita termasuk orang berada. Semestinya kita memberi banyak kepada saudara-saudara kita yang masih hidup dibawah garis kelayakan, bukan meminta diberi/dilayani dengan banyak. Inilah bentuk kurangnya rasa syukur pada diri kita. Akan ditaruh dimana muka kita sebagai orang Islam dihadapan Tuhan nanti. Na’udzubillah tsumma naudzu billah. Wallahu a’lam. [M. Sa’dullah]