Biografi KH. Muhammad bin Sulaiman lahir di Solo pada hari Ahad Wage tanggal 14 Syawal 1329 H. Sebelum menikah beliau lebih dikenal dengan Muhammad Tholhah.

Sejak kecil Muhammad Tholhah sudah mengaji Al-Qur’an di bawah bimbingan ayahandanya. Ketika berusia 8 tahun, Tholhah masuk ke Madrasah Islamiyyah di Solo selama 5 tahun. Di antara guru-gurunya semasa MI adalah Sayyid Ahmad bin Abdullah Assegaf (kepala sekolah MI), Syaikh Abdul Aziz Al-Syimi Al-Mishry, Syaikh Ali Thayyib Al-Madani, Sayyid Abdullah Alatas, serta beberapa guru dari Solo yang lain.

Ketika berusia 16 tahun, Thalhah berangkat ke tanah suci bersama ayahnya untuk menunaikan ibadah haji pada tahun 1345 H. Setelah bermukim di Makkah selama 2 tahun, ia berhasil menghafal Al-Qur’an dengan ayahnya sampai akhir surat An-Nisa’.
Setahun setelah kepulangannya dari Makkah, ia diperintahkan ayahnya untuk pergi ke Termas, menimba ilmu kepada Syaikh Dimyathi bin Abdullah (saudara Syaikh Mahfudz bin Abdullah Termas). Kitab-kitab yang dikaji selama di Tremas di antaranya Syarh Abi Syujā’ li Ibni Qāsim, Manhāj al-Qawīm, Fath al-Wahhāb Li Syaikh al-Islam, Syarh Mnahāj al-Thālibīn lil Jalāl al-Mahalli, al-Shahihain, tafsir al-Jalalain, Alfiyah li Ibni Mālik, Alfiyah al-Suyuthi fi Musthalah al-Hadis, dan lain-lain.
Di samping mempelajari berbagai kitab di atas, ia juga diperintahkan oleh gurunya untuk menyelesaikan hafalan Al-Qur’annya, dan pada tahun 1348 H ia berhasil mengkhatamkannya. Ia mendapatkan ijazah tahfidz dari gurunya (Syaikh Dimyathi bin Abdullah) serta saudaranya (Syaikh Mahfudz bin Abdullah). Tempo waktu yang ia lalui di Tremas hingga mencapai 10 tahun (1346 H-1356 H).

Di tengah-tengah masa belajarnya di Tremas, ia melakukan perjalanan ke Krapyak Yogyakarta untuk berguru kepada Syaikh Munawwir bin Abdillah Rasyad. Ia berhasil menyelesaikan dua kali khataman Al-Qur’an bil-ghaib dan mendapatkan ijazah dari gurunya tersebut.

Pada tahun 1351 H, ia menuju ke Jombang untuk mengikuti kajian kitab Shahihain dari Syaikh Hasyim Asy’ari. Kemudian, pada tahun 1352 H beliau menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya. Dalam perjalanannya, beliau menuju ke kampung Al-Mudda’a dan bertemu dengan Syaikh Muhammad Ali bin Husain al-Maliki, seorang mufti al-Malikiyah dan beliau mendengar darinya hadis al-Musalsal bil-awwaliyah. Selanjutnya beliau menuju ke Madinah dan bertemu dengan Mufti al-Madinah, seorang ahli hadis, Syaikh Ibrahim bin Abdul Qadir Barri al-Madani. Beliau berguru kepadanya kitab Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim dan Muwattha’ Imam Malik, dan mendapatkan ijazah darinya.

Pada tahun 1353 H, beliau bertemu dengan seorang ahli sufi di Solo, Sayyid Muhsin bin Abdullah Assegaf. Beliau mengaji Al-Qur’an kepadanya 1 khataman bil ghaib dan belajar darinya berbagai hadis musalsal, seperti hadis musalsal bil-awwaliyah, hadis musalsal bil-mushafahah, hadis musalsal bil-musyabakah, hadis musalsal bil-taqlim, dan lain sebagainya.

Menurut penuturan KH. Naharussurur , sanad Al-Qur’an yang dimiliki oleh KH. Muhammad bin Sulaiman ada empat jalur, yaitu dari: 1). Syaikh Dimyathi bin Abdullah Termas 2). Syaikh Muhammad Abdul Bari bin Muhammad Amin al-Madani. 3).Syaikh Muhammad Munawwir bin Abdullah Rasyad. 4). Syaikh Muhsin bin Abdullah Assegaf. Pada jalur ini, salah satu gurunya terdapat jin, sehingga sanad KH. Muhammad sangat dekat dengan Rasulullah yaitu berada pada urutan nomor tujuh dari Rasulullah.

Pada usia 28 tahun KH. Muhammad menikah dengan Hj. Saudah, putri KH. Ahmad Shafawi (pendiri PP. Al-Muayyad Solo) dari istri yang pertama. Beliau dikaruniai 7 orang anak, 1 orang laki-laki dan 6 perempuan, yaitu Habibullah, Nuriyah, Fatimah, Aisyah, Siti Sarah, Tasnim dan Mustamirah.

Kehidupan KH. Muhammad selalu diliputi dengan keberkahan. Tiada hari tanpa Al-Qur’an. Dijalankan sebagai wirid, laku tetap, rutin, sejak puluhan tahun hingga akhir hayat, mengkhatamkan Al-Qur’an 30 juz pada tiap minggunya. Akhirnya, pada hari Sabtu Pon tanggal 7 September 1991 M/28 Shafar 1412 H beliau menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit “Kasih Ibu” Solo pada jam 13.30 WIB. Jenazahnya dimakamkan di Makam “Pulo”, Laweyan Solo pada hari Ahad, 8 September 1991 M. Rahimahullah.

KH. Muhammad bin Sulaiman adalah sosok yang ‘alim, tawadhu’ dan selalu istiqamah dalam beribadah. Beliau mengabdikan dirinya untuk menuntut ilmu serta mengajarkannya. Aktifitas sehari-hari beliau tidak terlepas dari Al-Qur’an. Di antara rutinitas yang sering beliau lakukan adalah: 1). Mengisi pengajian tafsir setiap hari Kamis dari jam 10.00 – Dzuhur di rumahnya. 2). Mengisi pengajian “Selasa Pagi” sehabis Shubuh di serambi masjid Tegalsari, yaitu dengan membacakan tafsir Jalalain dan kitab Shahih Bukhari. 3). Mengajarkan Al-Qur’an kepada orang-orang tertentu dengan jadwal tertentu, di antaranya setiap hari Senin dengan KH. Naharussurur, setiap pagi jam 09.00 WIB dengan Hj. Maimunah Baidhowie , dan lain-lain. Dari murid-murid beliau, yang berhasil mengkhatamkan Al-Qur’an secara bil ghaib hanya dua orang, yaitu Hj. Maimunah dan Habibullah, putra sulung beliau.

Di samping berbagai aktifitas di atas, beliau juga menjabat sebagai penasehat Pondok Pesantren Modern “Ta’mirul Islam” Tegalsari Solo, penasehat Ta’mir Masjid Tegalsari, Penasehat keluarga besar Bani Shafawi dan Bani Sulaiman, serta termasuk sebagai imam tetap masjid Tegalsari. Beliau tidak pernah berkecimpung dalam organisasi masyarakat maupun politik.
Adapun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, beliau pernah menjadi pengusaha tenun dan batik anggota Koperasi PPBS Solo. Namun, di saat keadaan ekonomi semakin sulit beliau menutup usaha tenun tersebut dan lebih berkonsentrasi dengan pengajian-pengajian yang menjadi rutinitas beliau. Tanpa disangka, Allah mengirimkan tidak kurang dari 2000 burung Walet ke rumahnya yang akhirnya menjadi commodity yang sangat bernilai pada waktu itu. Hal tersebut terjadi kurang lebih 15 tahun lamanya.

KH. Muhammad bin Sulaiman termasuk ulama’ yang memiliki intensitas yang tinggi dalam berdakwah Islamiyyah, baik melalui pengajian-pengajian ataupun melalui karya-karya tulis yang menjadi amal jariah beliau. Di antara karya-karyanya adalah: 1). Al-Burhan ‘ala Wahyil Qur’an. Kitab ini menyanggah keraguan terhadap Al-Qur’an. Kitab ini ditulis dalam bahasa Arab, yang kemudian dialih bahasa ke Indonesia oleh Muhammad Habib M (putrahandanya), dengan editor Drs. H. Abdul Haji Adnan dan diterbitkan oleh CV. Romadhoni Sala pada tahun 1989, dengan tebal 150 halaman. 2). Manasik Haji. Buku ini berisi tentang tuntunan praktis ibadah Haji dan Umrah, diterbitkan oleh CV. Romadhoni Sala, tahun 1985, tebal 22 halaman. 3). Mengenang KH. Sulaiman. Buku yang berisi tentang biografi singkat ayahandanya (KH. Sulaiman) yang menceritakan tentang perjalanan hidup beliau serta hal-hal menarik dari kepribadian beliau. Diterbitkan oleh CV. Romadhoni Sala, tahun 1986, tebal 30 halaman. 4). Asma’ul Husna dan Syarahnya. Buku ini diterbitkan oleh CV. Romadhoni Sala tahun 1991 dengan tebal 48 halaman. 5). Jāmi’ al-Bayān min Khulāşah Suwar al-Qur’ān. Kitab ini terdiri atas dua jilid. Berisi tentang penafsiran Al-Qur’an secara ringkas dari surat al-Fatihah hingga an-Nâs. Tafsir ini dicetak secara mandiri oleh Pondok Pesantren Sirajuth-Thalibin Grobogan dan dikaji pada setiap tahunnya. 6). Keutamaan Al-Qur’an. Buku yang berisi tentang kumpulan hadis-hadis yang menjelaskan tentang keutamaan Al-Qur’an yang saat ini masih dalam proses penerbitan. 6). Manaqib Imam Syafi’i. Buku ini berisi tentang perjalanan hidup Imam Syafi’i serta berbagai keutamaan-keutamaan beliau.

(Penulis: Fatmah, S. Th. I. Staf Pengajar Pesantren Ath-Thohiriyyah Purwokerto & Alumni IIQ Jakarta 2009)

Similar Posts

One Comment

  1. Assalamualaikum. bisa minta kontak ibu Fatimah yg menulis tentang mbah Muhammad bin Sulaiman untuk kebutuhan skripsi kami?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *