Mengutamakan Kepentingan Orang LainAl-Kisah, Syaikh Ibn Al-Khafif suatu saat diundang oleh tetangganya, seorang penenun miskin, dia ditawari sepotong daging. Ibn Al-Khafif tidak mau menyentuh daging itu, karena sudah busuk. Oleh karena itu, si penenun miskin merasa malu.

Beberapa bulan kemudian Ibn Al-Khafif berangkat naik haji ke Mekah; tiba-tiba kafilahnya tersesat ditengah padang pasir. Akhirnya kelaparan tak dapat terhindarkan. Dalam upaya mencari solusi akhir, kemudian para jamaah menyembelih anjing, yang meskipun haram hukum memakannya, tapi keadaan yang memaksa untuk menghalalkannya. Setelah anjing disembelih, daging itu dibagi-bagikan kepada para jamaah, termasuk Ibn Khafif yang kebetulan mendapatkan bagian berupa kepala anjing.

Kemudian, dia merasa bahwa kejadian itu merupakan balasan atas tingkah lakunya yang tidak menghormati tetangganya beberapa bulan yang lalu. Bahkan diceritakan pula, kepala anjing itu dapat berbicara dan mencela Ibnu Khafif yang malang atas tindakannya yang keliru.

Setelah kejadian itu, dia kembali ke rumahnya lalu meminta maaf kepada tetangganya atas tindakannya yang tidak benar. Barulah kemudian dia bisa menjalankan ibadahnya dengan benar.

Dari kisah ini, kita bisa mengambil hikmah bahwa ketika seseorang mempunyai rasa cinta kepada Allah yang sangat mendalam maka rasa cinta itu akan menumbuhkan sebuah sikap mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan pribadi.

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *