Banyumas Pesantren-Silaturahmi
Sejak di kandungan, kita butuh orang terdekat.
Semakin tua semakin banyak orang yang kita butuhkan. Setelah berpulang, kita butuh orang-orang untuk mendoakan kita. Dan kelak di hadapan-Nya, kita idamkan syafaat dari manusia terbaik yaitu Nabi Muhammad SAW (HR Bukhari: 323 dan HR Muslim: 810). Kebutuhan kita akan hubungan dengan orang lain itu menjadi dasar silaturahmi.
Silaturahmi itu bahasa Arab, dari kata shilah (shilat) yang berarti jalinan dan rahim (rahim) artinya kasih sayang. Silaturahmi berarti jalinan kasih sayang. Ibn Al-Atsir menyatakan bahwa silaturahmi adalah menjaga kebajikan (ihsan) kepada keluarga senasab dan karib kerabat (Lisan Al-‘Arab, Juz 11: 726).
Dari silaturahmi terbangun persaudaraan. Persaudaraan memiliki beberapa lingkup: sekeluarga (QS An-Nur: 61), seagama (QS Al-Hujurat: 10), sesama bangsa (QS Al-A’raf: 65, 73 dan 85) dan sesama manusia (QS Al-Hujurat: 13).
Bobot kasih sayang dalam masing-masing lingkup persaudaraan berbeda-beda. Imam Ghazali membagi persaudaraan dalam tiga lingkup. Pertama, persaudaraan dunia akhirat, yaitu kita dengan keluarga batih dan ahli waris kita. Kedua, persaudaraan duniawi, yang di dalamnya ada kita dan rekan kerja. Ketiga, persaudaraan dengan orang-orang yang tidak kita kenal (Ihya’ ‘Ulum Ad-Din, Juz 2: 175-190).
Dalam semua lingkup pergaulan kita dilarang berbuat zalim. Nabi Muhammad SAW menegaskan, “Barang siapa berbuat zalim kepada saudaranya hendaklah meminta halalnya hari itu juga sebelum tiba hari yang dinar dan dirham tidak ada (nilainya),” (HR Bukhari: 2.269).
Karena zalim, pahala kebaikan bisa habis. Pahala itu dipindahkan Allah SWT sebagai kompensasi bagi korban kezaliman. Rasulullah SAW menyebut orang itu sebagai si bangkrut (al-muflis) di hari kiamat (HR Muslim: 4.678).
Silaturahmi adalah nilai ilahi. Dengan anugerah-Nya manusia dirukunkan (QS Ali Imran: 103). Harta dunia tidak dapat membuat hati manusia melunak untuk berdamai sebagai saudara, jika rahmat Allah tidak menyapa mereka (QS Al-Anfal: 63). Contohnya adalah suku Aus dan Khazraj di Madinah yang sebenarnya saudara sedarah, tetapi selalu berperang. Spirit basmalah merukunkan mereka.
Dalam silaturahmi, bangunan persaudaraan semakin kokoh dan amar makruf nahi munkar berlangsung dalam suasana kasih sayang. Itulah sebabnya silaturahmi lebih dibutuhkan terhadap saudara yang memutus hubungan (HR Ahmad: 17.372). Memutus silaturahmi adalah tindakan terlarang (QS Muhammad: 23). Dan Nabi Muhammad SAW bersabda, “Pemutus tali persaudaraan tidak akan masuk surga,” (HR Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad: 64 dan HR Muslim: 4.637).
Buah silaturahmi adalah kelapangan rezeki, kekokohan hubungan, panjang umur, kekuatan iman, kecintaan kepada Allah dan keberkahan doa. Dalam silaturahmi kita mudah memperoleh inspirasi dan membangun komitmen untuk hidup yang lebih baik.
Pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Muayyad Windan, Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo – Oleh : Drs HM Dian Nafi’ MPd,
Sumber: http://edisicetak.solopos.com/zindex_menu.asp?kodehalaman=h01&id=82948