Pesantren Banyumas-Alam Bekerja
”Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS An-Naml: 88).

Pergerakan gunung itu bisa pahami dalam tiga cara. Pertama, gunung itu merupakan bagian dari bumi (QS Al-Hijr: 19).

Bumi berputar pada porosnya sendiri dan mengikuti garis edar (orbit)-nya (QS Yasin: 40) mengelilingi matahari dengan kecepatan tertentu maka gunung pun ikut berputar secepat bumi.

Kedua, material bagian dari gunung itu bergerak saat gunung itu meletus (QS Al-Ma’arij: 9). Batu dan pasir panas bergerak sangat cepat sebagai lahar menuruni lereng-lerengnya. Yang terlanda olehnya akan hancur. Di saat hujan deras timbunan material itu bisa terseret arus air menjadi lahar dingin yang siap menerjang benda-benda apapun yang dilaluinya.

Ketiga, di dalam perut bumi terdapat bara api yang disebut magma. Bara api itu membutuhkan lubang-lubang pelepasan sehingga bumi tetap bulat seimbang dan tidak meledak (QS An-Nahl: 15). Dari lubang-lubang itulah batu dan pasir ikut keluar dan membentuk sosok gunung. Yang bergerak secepat awan adalah energi dari magma itu.

Dengan pergerakan gunung itu, manusia memperoleh manfaat dan berhadapan dengan bahaya. Di gunung terdapat sumber-sumber air yang melimpah. Material berupa air menjadi bagian vital dalam hidup manusia.

Material lainnya berupa batu dan pasir terus menerus dipergunakan manusia sepanjang sejarahnya untuk membuat bangunan dan memutar roda ekonomi.

Gunung selalu menjadi lahan subur untuk pelbagai tanaman. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia berupa pangan menjadi tersedia terus menerus (QS Qaf: 7).

Gunung-gunung mengemban peran sebagai hiasan bagi bumi Tempat-tempat yang tenang tersedia di pegunungan dan manusia pun memperoleh manfaat untuk melakukan berbagai kegiatan kontemplatif di sana.

Kita hidup bersama gunung, memahami gunung bekerja berguna untuk hidup kita. Adakalanya gunung itu bersahabat. Dan di saat yang lain menjadi sangat berbahaya. Untuk itu, budaya sadar bencana penting untuk dibangun.

Kita hidup bersama bahaya. Negara kita memiliki 400-an gunung berapi, 300-an di antaranya berada di laut dan 100-an lainnya di daratan. Pengetahuan kita tentang potensi bahaya gunung berapi membuat kita waspada. Dan pengetahuan kita tentang manfaat gunung membuat kita menjauh dari semua perilaku merusak lingkungan.

Tanda-tanda alamiah itu merupakan bagian dari cara Allah SWT membimbing kita untuk bersikap bijaksana agar terhindar dari bahaya. Bahaya adalah kejadian dalam lingkungan alam dan manusia yang ekstrem dan dapat berpengaruh merugikan. Saat kerugian melanda manusia, harta dan kegiatannya sehingga melampaui batas kemampuan manusia untuk mengatasi dengan hanya menggunakan sumber dayanya sendiri, di situlah bencana terjadi.

Memahami alam bekerja berguna untuk mengurangi kerentanan; yaitu kondisi yang melekat dalam diri masyarakat yang dapat memperparah akibat bencana. Wujud kerentanan adalah kurangnya pengetahuan, kemelaratan dan kebiasaan yang mengabaikan bahaya. Kerentanan juga bisa terjadi pada lembaga-lembaga yang seharusnya memikul tanggung jawab penanggulangan.

Dan saat bencana terjadi, semua pihak dituntut untuk mendahulukan pertolongan emergensi. Beragam bahan bantuan dibutuhkan dalam jumlah besar, dalam waktu cepat, dalam kualitas yang baik dan menyehatkan untuk mengurangi penderitaan saudara-saudara kita yang menjadi korban hidup (survivor). – Oleh : M Dian Nafi’, Pengasuh Ponpes Al Muayyad Windan, Makamhaji, Kartasura

Sumber: http://edisicetak.solopos.co.id/zindex_menu.asp?kodehalaman=h17&id=89084

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *